Review Film Ghost Writer yang Bikin Ngakak Sekaligus Menakutkan

Film dengan genre komedi memang banyak dan populer di industry film Indonesia. Tidak sedikit juga yang kemudian memadukan genre ini dengan genre lainnya, seperti komedi. Namun sayahgnya, dari beberapa film yang ada dengan genre tersebut, tidak banyak yang bisa memenuhi ekspektasi atau bisa disandingkan dengan film Thailand yang memang sudah terkenal dengan genre horor komedi. Namun, Ghost Writer bisa dibilang dapat menjadi angin segar pada genre ini. Film tahun 2019 ini tidak hanya sukses menggabungkan dua genre tersebut dengan mulus, tapi juga layak bila dibandingkan dengan film dari Thailand dengan genre yang sama.

Ghost Writer bercerita tentang Naya (diperankan oleh Tatjana Saphira) dan adiknya, Darto (Endy Arfian), yang baru saja pindah ke rumah baru. Di sana ia menemukan sebuah buku harian dengan isi yang sangat menarik. Naya yang tengah terbentur masalah ekonomi untuk bisa menyekolahkan adiknya pun berencana untuk membuat buku berdasarkan cerita dari buku harian tersebut. Sebagai seorang penulis, Naya ternyata tengah mengalami ‘writers block’ yang cukup parah. Sudah lama ia kehabisan ide untuk menulis novel, sementara ia harus terus membiayai sekolah adiknya. Karena itulah, buku harian tersebut menjadi jalan keluar bagi masalahnya. Namun ternyata, pemiliki dari buku harian tersebut sudah meninggal dan menjadi hantu di rumah tersebut.

Galih (diperankan oleh Ge Pamungkas), adalah hantu pemilik buku harian yang meninggal secara tragis. Dengan menyentuh buku harian tersebut, Naya pun bisa berkomukasi dengan Galih. Awalnya Galih tidak setuju dengan rencana Naya tersebut, namun setelah keduanya berbicara, dengan menggunakan chatting manual, Galih akhirnya setuju untuk saling berbagi cerita dengan Naya dan menjadikannya sebuah buku. Galih pun memberikan satu syarat, yakni jangan mendramatisir cerita hidupnya di dalam buku, yang kemudian disetujui oleh Naya.

Pada awalnya kesepakatan keduanya berjalan dengan mulus, bukunya sukses diterbitkan, dan bahkan direncakana untuk memiliki sequel buku kedua. Namun karena suatu alasan, Naya terpaksa harus melanggarnya. Hal itu pun membuat Galih marah, hingga membahayakan nyawa Naya dan Darto. Ditambah lagi, selain Galih, ternyata terdapat satu hantu lagi yang tinggal di rumah tersebut, Bening (diperankan oleh Asmara Abigail), yang senang menganggu keduanya. Tampilan fisik Bening yang menakutkan cukup membuat Naya dan Darto ketakutan. Namun, ada misteri dibalik sosok Bening, ia ternyata adalah adik dari Galih yang meninggal dalam kecelakaan tragis. Ia tidak setuju dengan rencana pembuatan novel dari buku harian Galih dan mencoba menggagalkan rencana tersebut dengan menakuti mereka.

Perpaduan Horor dan Komedi yang Ciamik

Ghost Writer disutradarai oleh Bene Dion Rajagukguk dan diproduksi oleh Ernest Prakarsa. Keduanya sudah lebih dulu terkenal dengan produksi film bergenre komedi, sehingga unsur komedi di film ini sangat terasa. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya komika yang terlibat sebagai pemeran pendukung serta cameo. Misalnya saja Muhadkly Acho yang berperan sebagai staf penerbitan, atau Ernest Prakarsa yang juga ikut berperan sebagai editor buku yang ditulis oleh Naya, serta komika-komika lainnya. Tidak diragukan lagi, kehadiran mereka akan mengundang tawa penonton.

Meski unsur komedinya besar, namun bukan berarti unsur horror di dalamnya tidak terasa. Kehadiran sosok Bening yang misterius benar-benar memberikan kesan horor yang mencekam. Berbeda dengan sosok Galih sebagai hantu yang polos dan lucu, Bening memberikan kesan horor yang cukup dapat membuat penonton terkejut dan ketakutan.

Nah, penasaran dengan kisah Naya dan Galih dalam film Ghost Writer, serta misteri kematian Galih dan Bening? Tonton Ghost Writer di aplikasi VIU, sekarang!